Amerika Gagal Menjalankan Demokrasinya Dan Menjadi Cerminan Buruk Negara – Negara  Maju Dan Berkembang Di Dunia  

oleh manager
601 tampilan
Bagikan berita ini

Jakarta ( Jenderalnews.com ) – Negara Amerika Serikat  adalah Negara Demokrasi terbesar di Dunia dan menjadi contohan bagi Negara – Negara maju dan berkembang di Dunia termasuk Indonesia.

Peristiwa politik yang terjadi  begitu mengerikan  membuat Amerika Serikat Mencekam Pasca  Presiden Donald Trump  menyerukan untuk menyerang Gedung Capitol Hall ( Rabu 6 Januari 2021)  guna menghentikan penetapan Presiden terpilih secara Demokrasi di Amerika yaitu  Joe Biden.

Hal ini akan tercatat dalam lembaran sejarah hitam perjalanan Negara Super Power Amerika Serikat dalam perpolitakan Dunia bahwa Amerika Gagal dalam menjalankan Demokrasi politiknya serta menjadi Cerminan buruk bagi Negara – Negara maju dan perkembang di dunia,”Kata HYU sampan akrab dari Hendrik Yance Udam Ketua Umum Dpn Gercin Indonesia saat berdiskusi dengan salah satu Profesor Dustin Dowell dari Amerika Serikat melalui Vidio Call  belum lama ini.

Lebih lanjut HYU yang sangat fasih dalam berbicara bahasa Inggris ini mengatakan dalam diskusi tersebut bahwa,” Sebagai aktivis pengiat demokrasi kami sangat menyesali tindakan demonstrasi tersebut yang mengakibatkan korban jiwa salah satu pendemo di Gedung Capital Hall Amerika.

Menurut HYU  Kalau memang pemerintah Amerika Serikat tidak  dapat  menangani demonstrasi tersebut  dengan  baik dan bijaksana maka, Sejarah baru akan tercatat dalam lembaran sejarah Bangsa Amerika dan Negara-negara Dunia bahwa Amerika telah gagal dalam menjalankan demokrasinya

Dan bisa juga diprediksi bahwa perang saudara yang pernah terjadi di Amerika Serikat akan terulang kembali di abad ke-21 ini. Sampai perang saudara pecah di Amerika Serikat, maka akan ada resesi ekonomi dan politik di seluruh dunia. Dan Amerika akan menjadi Negara Gagal  dan tinggal kenangan dalam pergaulan politik dunia,”Tegas HYU dalam dikusi tersebut

HYU juga berharap agar supaya kejadian tersebut tidak terulang kembali lagi dan Amerika Secapatnya memiliki Presiden Definitf  yang terpilih secara Demokrasi dan dapat menata ulang kembali Pemerintahan yang ada,”Harap HYU.

Sementara itu Kongres Amerika Serikat (AS) secara resmi mengonfirmasi terpilihnya  Joe Biden sebagai Presiden Negeri Paman Sam pada Kamis (7/1/2021) pagi waktu setempat.

Penetapan itu hadir selepas massa menyerbu Capitol Hill pada Rabu (6/1/2021) malam waktu setempat.Seperti ditulis CNBC Indonesia, Biden dan pasangannya, wakil presiden terpilih Kamala Harris, meraih 306 electoral college.

Raihan itu lebih banyak 36 ketimbang batas yang dibutuhkan untuk melenggang ke Gedung Putih. Sementara itu, pasangan Trump dan Mike Pence hanya mengumpulkan 232 electoral college.
Wakil Presiden Pence membacakan penghitungan electoral college dalam pilpres itu sekitar pukul 3.40 pagi waktu setempat.Sebagai catatan, kemenangan capres dan cawapres terpilih memang dilakukan oleh Kongres AS. Hal itu tertuang dalam konstitusi. Dalam sejumlah kesempatan, Trump selalu menolak mengakui kemenangan Biden. Ia mengaku kalah lantaran ada penipuan surat suara.

Kongres AS memulai proses penghitungan suara electoral college pada Rabu (7/1/2021) sore. Namun, persidangan itu terganggu selama enam jam akibat massa pendukung Trump menyerbu Capitol Hill dan merusak gedung-gedung di komplek itu. Mereka marah atas kekalahan Trump dalam pilpres lalu. Mereka yakin Trump jadi korban penipuan surat suara.
Penghitungan lantas dilanjutkan sekitar jam 8 malam. Para pemimpin dari Partai Republik dan kaukus Demokrat di Senat berjanji akan melanjutkan persidangan sekaligus mengonfirmasi penetapan Biden sebagai presiden AS. Hal itu terbukti keesokan harinya. ( Arief)

 

 

 

Berita Lainnya untuk Anda

Tinggalkan Komen