Partai Cinta Indonesia, Menuju Perubahan Indonesia Baru  

oleh manager
478 tampilan
Bagikan berita ini

Oleh : Rofinus M. Saverinus Gaa,S.SosKetua DPD Partai Cinta Indonesia Provinsi NTT

Sejak orde Reformasi mulai bergulir sejak era tahun 2000-an, para elit politik, para mantan pejabat tinggi, para mantan petinggi TNI Polri beramai-ramai mendirikan partai politik baru dengan tujuan utama agar terjadi suatu perubahan dalam menata dan mengolah Negara yang lebih demokratis, professional, independen dan lebih menekankan untuk kesejahteraan masyarakatnya.

Dari sekian banyak partai politik yang didirikan hanya sedikit partai politik yang berhasil menarik hati masyarakat sehingga dapat  mendudukan para kadernya di lembaga legislatif di tingkat pusat maupun daerah, seperti PDIP, Gerindra, Golkar, Nasdem, Demokrat, PKB, PAN,dll.

Namun tidak sedikit pula partai politik terutama parta-partai politik baru yang tidak berhasil menarik simpatik masyarakat, yang akhirnya hanya menyandang sebagai partai politik penggembira dalam pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

Bukan berarti partai politik baru gagal dalam merealisasikan gagasan atau ide-ide membangun bangsa, ternyata ada juga partai politik baru seperti PSI walaupun tidak menempatkan kadernya duduk di DPR RI karena tidak mencapai Parliamintary Threshold (PT) 4 %, dan hanya mendudukan kader-kadernya di daerah provinsi maupun kabupaten kota se-Indonesia

Itu artinya partai politik baru punya peluang untuk merebut hati masyarakat hanya saja strategi partai baru belum mampu melakukan pemetaan politik secara koprehensif dan menyeluruh sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat saat ini

Apakah Partai Cinta Indonesia akan bernasib sama dengan partai-partai baru lainnya yang baru tumbuh beberapa bulan yang lalu ?, Tantangan mendirikan partai politik baru tidaklah mudah. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita sebagai kader baru yang berhimpun dalam  Partai Cinta Indonesia ini, harus memandang partai ini sebagai sebuah kendaraan politik menuju perubahan Indonesia baru yang aman, damai dan sejahtera sambil belajar dari pengalaman masa lalu para penguasa dalam mengelolah Negara ternyata masih ada sebagian masyarakat yang tidak puas sehingga berdampak pada radikalisme, intoleransi dan bahkan masyarakat terlibat dalam ajaran-ajaran sesat untuk melampiaskan ketidakpuasan masyarakat terhadap para pemimpinnya.

Partai Cinta Indonesia yang mewartakan dirinya sebagai partai rakyat, partai kaum masyarakat kecil, partai terpinggirkan tampil dengan semangat baru untuk memotivasi rakyat yang selalu didengungkan oleh Ketua Umum Partai Cinta Indonesia HYU sapaan akrab dari  Hendrik Yance Udam bahwa jadi orang baik akan cenderung menjalankan politik dengan cara yang baik dan orang dengan karakter yang buruk akan cenderung mempergunakan dengan cara-cara yang buruk pula dalam berpolitik.

 Oleh karena itu penting untuk selalu memberikan kesempatan kepada orang-orang dengan karakter baik, idealis, mempunyai rekam jejak yang bersih dan visi yang besar untuk bergabung dalam politik. Orang-orang baik ini akan memberi contoh yang baik pula tentang cara berpolitik, memiliki kesantunan dan etika yang memadai serta berpihak kepada kepentingn rakyat dan Negara.

Untuk itu Partai Cinta Indonesia menawarkan sebuah konsep dengan pendekatan CINTA dan KEDAMAIAN menuju perubahan Indonesia baru yang aman dan damai, serta sejahtera.

Konsep yang dtawarkan oleh Partai ini tentunya tidaklah mudah dalam mengimplementasikan kepada masyarakat apalagi saat ini segelintir orang keliru menafsirkannya. Politik sering dianggap sebagai kegiatan sekelompok orang berkaitan dengan kekuasaan, korupsi, manipulasi dan proses yang merugikan kepentingan  masyarakat.

Persepsi keliru semacam ini membuat orang apatis, pesimis dan terus memiliki pandangan yang buruk terhadap politik dan politisi. Mereka yang berpandangan negatif ini kemudian menjadi abai, tidak peduli bahkan menjadi buta politik.

Hal ini merupakan sebuah kecenderungn yang berbahaya mengingat keberlangsungan Negara ini dibangun atas proses politik dan komitmen politik untuk kesejahteraan, keadilan dan keamanan warga negaranya.

Kita harus menyadari benar bahwa partai politik saat ini sangat dipengaruhi pilihan konstituen. Dalam konteks di Indonesia kekuatan figur/ kandidat masih memegang peranan dalam ajang pemilu. Sehingga tidak sedikit orang saat kita ajak untuk menjadi anggota maupun pengurus hal pertama yang selalu ditanyakan siapa ketua umumnya.

Apa profesinya. Berapa dana operasionalnya. Karena mereka tahu bahwa mendirikan sebuah partai politik tentunya mereka yang mempunyai banyak uang untuk mempengaruhi masyarakat. Kenyataan tidaklah demikian. Memang figur ikut mempengaruhi konstituen, tetapi masyarakat harus sadar bahwa mereka yang mempunyai uang juga punya kepentingan. Sehingga wajar dan sangat masuk akal, ketika apa yang mereka inginkan tercapai, kepentingan masyarakat akan terabaikan.

Sehingga tidaklah heran, banyak politisi yang berhasil maju sebagai anggota DPD RI maupun DPPD ketika rakyatnya tagih janji mereka katakan kami sudah bayar LUNAS.

Partai Cinta Indonesia memberikan pendidikan politik kepada masyarakat bahwa kita harus berani mulai dengan kekuatan kita sendiri, walaupun uang menjadi dukungan utama, tetapi semangat untuk membangun bangsa dengan Cinta dan Kedamaian haruslah TERUTAMA.

Walaupun sulit dari jutaan rakyat Indonesia tentunya menginginkan perubahan cara pandang rakyat membangun bangsa yang berkualitas, harus dimulai dari dalam diri sendiri terhadap keinginan dan kepentingannya yang lebih besar dalam membangun bangsa.

Di sisi lain kita tidak bisa menutup mata bahwa elektabilitas sebuah partai politik dipengaruh figur tertentu. Hal ini pula banyak survey yang dilakukan lembaga riset nasional seperti LSI, SMRC, Indikator, Charta Politica, Indo Barometer menunjukan bahwa peran figur masih sangat strategis menentukan pilihan masyarakat.

Tetapi perlu disadari bahwa kesetiaan pemilih terhadap Partai Politik di Indonesia masih sangat kecil, disebabkan sentimen negatif masyarakat terhadap partai politik maupun pragmatisme ideologi parpol. Sebab lain partai politik kurang begitu menarik juga karena hampir semua parpol di Indonesia memiliki kesamaan platform yaitu partai yang Religius dan partai yang Nasionalis. Dalam banyak kasus hampir tidak ada diferensiasi dari parpol-parpol yang ada, terlebih bila berhadapan dengan pragmatisme politik di lapangan.

Menjadi pengurus partai politik disemua tingkatan mulai dari pusat, provinsi sampai kabupaten/kota bahkan sampai kecamatan bukanlah hal yang mudah. Disana terdapat banyak tantangan, mulai dari dalam diri sendiri sampai kepada pertemanan. Biasanya teman yang pernah terlibat dalam organisasi akan lebih mudah dipahami dri pada yang hanya berdasarkan pernyataan kata orang politik itu harus banyak uang, politik itu harus jago bicara,dan lain lain.

Pertanyaannya apakah anda  siap lahir dan batin untuk menjadi pengurus atau sebagai kader.

Menjadi pengurus ataupun kader mempunyai tugas dan tanggungjawab yang dibebankan sesuai Visi dan Misi Partai,  bukan sepanjang hari hanya duduk dan mengeluh tanpa ada solusi. Pengurus dan kader harus memiliki KOMITMEN yang kuat akan suatu perubahan, baik secara internal maupun eksternal.

Dan harus berani berkorban dan yang berkarakter. Pengurus harus menjadi motivator, inisiator dan penggagas solusi, kata HYU. Pengurus harus selalu bekerja optimisme yang tinggi, berpartner dengan orang-orang yang berkualitas, orang-orang yang memiliki semangat dan visi bersama menuju Indonesia baru dengan cinta dan kedamaian.

Bukan pengurus selalu berharap biaya operasional dalam merekrut dan menggalang kader. Apabila kader atau pengurus seperti ini harus disingkirkan dari awal karena mentalitas dan karakternya buruk, yang pada akhirnya dapat mencoreng martabat partai.

Partai Cinta Indonesia menginginkan kader-kader berkarakter, kader yang memiliki Integritas yang tinggi, profesionalisme serta naluri yang kuat dalam membangun melalui suatu proses pendidikan politik yang matang, sehingga melahirkan kader yang berintegritas, kader yang solider, kader yang selalu mementingkan orang banyak, kader yang jujur dan professional.

Permasalahan adalah bila anda mendasarkan dorongan utama menjadi pengurus hanya untuk seputar masalah status-insentif serta fasilitas maka nantinya anda tidak akan pernah bisa menikmati beratnya tanggungjawab seorang pengurus. Yang ada kemudian anda bermalas-malasan, bahkan mungkin berujung kepada tersangkutnya anda dalam kasus-kasus korupsi, karena dorongan yang keliru tersebut.

Hal yang harus disadari bahwa reputasi partai politik ibarat roda yang terus berputar, sangatlah dinamis. Kadang sebuah parpol berada di dalam posisi atas karena calon yang mereka dukung atau bahkan kadernya menjadi presiden atau memenangkan pemilu.

Tapi bila kalah dalam pemilu, bahkan perolehan suara yang buruk maka reputasinya menurun. Reputasi bisa menurun juga bisa merupakan akibat dari perilaku kader-kadernya yang terlibat dalam kasus-kasus hukum seperti korupsi,dll. Hal yang terpenting bagi Partai Cinta Indonesia saat ini adalah kerjasama serta kosentrasi yang tinggi, untuk melengkapi semua dokumen dari semua daerah provinsi maupun kabupaten/kota dan kecamatan serta desa sebagai persyaratan utama pendaftaran di Kementerian Hukum dan HAM. Apabila ini sudah kita lakukan dengan target yang tepat maka, kita harus bekerja keras lagi untuk pendaftaran di KPU untuk menjadi salah satu partai peserta pemilu 2024. Mari kita bergandungan tangan mewujudkan cita-cita bersama membangun bangsa dengan CINTA dan KEDAMAIAN.

 

 

 

 

 

Berita Lainnya untuk Anda

Tinggalkan Komen