Jakarta (Jenderalnews.com ) Indonesia termasuk salah satu negara yang nyaman bagi aktifitas teroris agama karena teroris menggunakan dalil-dalil agama untuk menarik simpatiatau merekrut simpatisan terutama ditengah masyarakat yang lugu dan mudah dipengaruhi karena lack of knowledge.
Perlu ada metode yang signifikan untuk mengeleminir hal ini, seperti rekruitment anggota TNI berbasis pesantren yang dilakukan TNI AD bisa juga dilakukan dilingkungan Polri serta Lemdik kedinasan serta kementrian Lembaga lainya,”Kata HYU sapaan akrab dari Hendrik Yance Udam Ketu Umum Dewan Pimpinan Nasional Gerakan Rakyat Cinta Indonesia ( Dpn Gercin Indonesia ) Tokoh Nasional Asal Papua usai bertandang di kantor BNPT beberapa hari yang lalu
HYU menjelasakan,saat ini paham radikalisme agama sudah merambah ke seluruh institusi termasuk perguruan tinggi ASN serta TNI dan POLRI.
Penyebaran paham ini pergerakannya dilakukan secara militan dan sangat masif 24 jam sehari, sementara kegiatan kontra radikal yang dilakukan negara dapat dikatakan masih ala kadarnya. Hal ini tidak bisa dibiarkan mengingat radikalisme ini dapat dikatakan embrio terorisme agama,”Jelas HYU.
Ditambahkan HYU, BNPT selaku Badan yang mengkoordinir penanganan aksi terorisme diharpakan dapat mengerahkan sumber daya negara dalam penanganan aksi terorisme.
Dan Kedepan bukan Densus 88 yang lebih berperan, melainkan BNPT lah yang lebih berperan karena Undang-Undang mengamanatkan demikian oleh sebab itu di perlukan koordinasi yang efektif di semua kementrian Lembaga yang ada dalam penganan terorisme di Indonesia
Itulah mengapa BNPT dibentuk agar seluruh sumber daya yang dimiliki negara dapat digunakan secara tepat dan berdaya guna. Jadi BNPT bukan Badan nya Polri melainkan Badan Negara untuk menangani aksi terorisme ini,”Tutup HYU